https://singapore.times.co.id/
News

Gus Nasrul Sindir Keras Bahtsul Masail: Iran Bikin Rudal, Ulama Kita Sibuk Haramkan Sound Horeg

Thursday, 10 July 2025 - 19:40
Gus Nasrul Sindir Keras Bahtsul Masail: Iran Bikin Rudal, Ulama Kita Sibuk Haramkan Sound Horeg Gus Nasrul saat mengisi pengajian. (FOTO: Gus Nasrul for TIMES Indonesia)

TIMES SINGAPORE, JAKARTA – Polemik hukum penggunaan sound horeg yang belakangan ramai diperbincangkan, rupanya memicu reaksi keras dari salah satu pakar Maqashid Syariah terkemuka Indonesia, Dr KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, atau yang akrab disapa Gus Nasrul. Menurutnya, ini menjadi bukti betapa aktivitas intelektual umat Islam Indonesia, khususnya melalui forum Bahtsul Masail, masih terjebak pada persoalan-persoalan lama yang membuatnya “jalan di tempat”.

Dalam obrolan santai dengan media pada Kamis (10/7/2023), Gus Nasrul yang juga menjabat sebagai jajaran ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU (PERGUNU), menegaskan bahwa pada prinsipnya ia tetap mengapresiasi kegiatan Bahtsul Masail yang dilakukan di salah satu pesantren di Sidoarjo, Jawa Timur.

“Kami tentu menghargai upaya melestarikan khazanah intelektualitas pesantren. Bahtsul Masail itu kan tradisi penting dalam dunia pesantren,” tutur Gus Nasrul.

Namun, apresiasi itu tidak lantas membuatnya menutup mata pada kekurangan. Gus Nasrul justru melontarkan kritik pedas. Ia menyayangkan forum Bahtsul Masail yang notabene diikuti oleh perwakilan pesantren se-Jawa dan Madura, ternyata hanya mempersoalkan hukum sound horeg, sesuatu yang menurutnya sudah gamblang hukumnya dalam kitab-kitab fikih klasik. Tutur Gus Nasrul yang juga pernah jadi panitia Nasional Komisi Bahsul Masail Muktamar NU juga Munas NU. 

“Sungguh disayangkan forum bergengsi semacam Bahtsul Masail, yang diikuti pesantren se-Jawa dan Madura, hanya membahas hukum sound horeg. Padahal masalah ini sudah jelas, terang benderang, tercantum dalam kitab-kitab dasar seperti Sulam Taufiq, kitab yang bahkan jadi pelajaran tingkat ibtidaiyyah di pesantren Lirboyo Kediri atau pesantren lainnya,” tegas Gus Nasrul yang juga alumnus Pesantren Lirboyo Kediri dan Pesantren Sarang Rembang.

Lebih lanjut, doktor summa cum laude lulusan Universitas Al-Qurawiyin Maroko ini menilai, aktivitas Bahtsul Masail di Indonesia masih “jalan di tempat” dan belum mampu menjawab tantangan zaman. “Kalau yang dibahas hanya tentang campur baur laki-laki perempuan, haramnya jogetan bareng, atau suara sound yang mengganggu, itu kan semua sudah ada. Nggak perlu lagi diperdebatkan di forum ilmiah besar,” katanya.

Sebagai perbandingan, Gus Nasrul mencontohkan forum Bahtsul Masail lintas ormas yang pernah ia ikuti pada Rabu (26/1/2022). Saat itu, Bahtsul Masail diselenggarakan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang membahas kehalalan Secretome Stem Cell, obat yang dibuat dari sel darah tali pusar bayi — masalah kontemporer yang belum ada kepastian hukumnya.

“Itu contoh Bahtsul Masail yang benar-benar melahirkan gagasan brilian. Forum itu lintas ormas, diikuti para tokoh PBNU, Muhammadiyah, MUI, akademisi, hingga dokter. Bukan cuma mengulang-ulang yang sudah ada,” tutur Gus Nasrul yang kala itu hadir bersama KH Aniq Muhammadun (Mustasyar PBNU), KH Kharis Shodaqoh (Rais PBNU), DR Moh. Tafsir (Ketua Muhammaduyah Jateng) Prof Dr Rozihan (Wakil Ketua Muhammadiyah Jateng), hingga Rektor Unissula dan civitas akademika setempat.

Kritik Gus Nasrul juga menyasar metode Bahtsul Masail NU yang selama ini cenderung hanya “copy-paste” dari kitab-kitab klasik. Padahal, ia menekankan banyak fenomena baru (fiqih an-nawazil) yang sama sekali belum pernah dibahas ulama masa lampau karena memang belum muncul di era mereka.

“Contoh sederhana saja, maksiat tangan di zaman sekarang bukan cuma memukul orang, tapi juga jari- jari mengetik hoaks, share ujaran kebencian di medsos. Waktu kitab-kitab itu dikarang, internet kan belum ada. Jadi kalau metodenya hanya copy-paste kitab kuning, ya nggak akan ketemu jawabannya,” ujar Direktur Perguruan Tinggi Ma’had Aly Pesantren Balekambang Jepara ini.

Menurut Gus Nasrul, sudah saatnya forum Bahtsul Masail di Indonesia masuk ke zona ushuly, bahkan maqashidy. Artinya, penyelesaian hukum tidak lagi hanya tekstual, tapi juga memakai pendekatan ushul fikih dan maqashid syariah, sehingga bisa menjawab masalah kontemporer yang makin kompleks.

“Kalau terus-terusan hanya bahsu copy-paste fiqhy, kapan khazanah ilmiah kita berkembang? Padahal banyak mustajadath al-fiqhiyyah al-mu’ashirah — persoalan fiqih baru kekinian — yang menuntut ijtihad kolektif serius,” ujar Gus Nasrul dengan nada santai.

Kritik sosial juga tak luput ia sampaikan. Menurutnya, Bahtsul Masail sejatinya adalah aktivitas khas santri pesantren turun-temurun, sehingga secara struktural di NU menjadi tugas jajaran pengurus Syuriah yang memang berlatar belakang pesantren. Namun kini, kata Gus Nasrul, banyak yang bukan lulusan pesantren justru ikut menjadi pengurus Syuriah atau panitia Bahtsul Masail.

“Kadang sampai tidak tau diri, nggak malu, mereka nggak ngerti Bahtsul Masail, tapi ngurusi Bahtsul Masail. Akibatnya ya sering tidak bisa membedakan draft pertanyaan yang masuk itu berkualitas atau tidak,” sindirnya tajam.

Maka, Gus Nasrul mengingatkan, hal-hal yang sudah jelas keharamannya, seperti joget bareng laki-perempuan atau tindakan yang mengganggu orang lain, tidak perlu lagi di-Bahtsul Masail-kan. “Cukup tau’iyyah, arahan atau nasihat perorangan saja. Jangan dibawa ke forum besar,” sarannya.

Di penghujung obrolan, Gus Nasrul menutup kritiknya dengan nada canda yang menyentil kesadaran. “Umat Islam di negara lain seperti Iran sudah bisa bikin rudal balistik, dikagumi dunia internasional. Lah kita di Indonesia masih ribut hukum sound horeg. Memprihatinkan. Lantas kapan kita mau maju?” celetuk ulama yang juga Wakil Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat itu.

Gus Nasrul menegaskan, jika forum-forum ilmiah keagamaan Indonesia mau berkembang dengan pendekatan maqashidy yang lebih relevan, maka Bahtsul Masail akan ikut bergerak maju, tidak lagi jalan di tempat. Ini penting agar umat Islam Indonesia tak terus tertinggal dalam percaturan global. (*)

Writer : Yusuf Arifai
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Latest News

icon TIMES Singapore just now

Welcome to TIMES Singapore

TIMES Singapore is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.