TIMES SINGAPORE, JAKARTA – Kerupuk puli adalah salah satu jenis makanan ringan tradisional khas Jawa Timur yang terbuat dari bahan dasar nasi. Jajanan renyah ini memiliki tekstur yang renyah dan rasa yang gurih, menjadikannya favorit di kalangan masyarakat setempat. Tidak hanya dinikmati sebagai camilan, makanan ini juga sering disajikan sebagai pelengkap hidangan seperti rawon, soto, atau pecel.
Sejarah kerupuk puli berawal dari tradisi masyarakat Jawa yang tidak ingin membuang sisa nasi yang sudah tidak termakan. Pada zaman dahulu, nasi yang tidak habis biasanya akan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
Nasi kering ini kemudian diolah kembali dengan cara digoreng dalam minyak panas hingga mengembang dan menjadi kerupuk puli. Proses ini menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan bahan makanan agar tidak terbuang percuma.
Tradisi ini berkembang dari generasi ke generasi, dan sajian renyah gurih tersebut pun menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner tradisional Jawa Timur. Meskipun seiring berjalannya waktu, cemilan tersebut kini dapat ditemukan dalam bentuk yang lebih praktis dan modern, tetapi nilai sejarah dan keasliannya tetap dijaga.
Nama Lain dan Proses Pembuatan
Kerupuk puli memiliki beberapa nama lain di berbagai daerah di Indonesia, tergantung dari kebiasaan setempat. Di beberapa daerah, cemilan kriuk ini dikenal dengan nama gendar atau kerupuk beras.
Di wilayah Jawa Tengah, terutama di daerah Semarang dan sekitarnya, nama gendar lebih umum digunakan. Karena pada jaman dahulu gram bleng atau gendar umum ditambahkan saat proses pembuatannya.
Sementara di beberapa tempat lain, orang juga mengenalnya sebagai intip goreng, meskipun intip biasanya merujuk pada kerak nasi yang digoreng.
Proses pembuatan kerupuk puli sebenarnya cukup sederhana namun memerlukan ketelatenan. Nasi yang telah dingin dihaluskan hingga menjadi adonan padat setelah sebelumnya ditambahkan garam dan penyedap rasa. Adonan ini kemudian dibentuk menjadi pipih dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering.
Setelah kering, adonan nasi tersebut dipotong-potong sesuai selera dan disimpan hingga siap digoreng. Pada saat akan disajikan, potongan nasi kering ini digoreng dalam minyak panas hingga mengembang dan berubah warna menjadi kuning keemasan.
Salah satu ciri khas kerupuk puli adalah aroma nasi yang masih terasa meskipun telah diolah menjadi kerupuk. Rasa gurih dari nasi yang dipadukan dengan kerenyahan tekstur kerupuk membuatnya sangat nikmat dan sering kali mengingatkan pada kenangan masa kecil bagi banyak orang.
Keunikan dan Popularitas
Kerupuk puli memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan jenis cemilan kriuk lainnya. Selain bahan dasarnya yang berbeda, proses pembuatan yang masih tradisional menjadikan makanan ini memiliki cita rasa yang autentik dan khas. Keunikan inilah yang membuatnya masih bertahan hingga kini, meskipun di tengah gempuran makanan ringan modern.
Popularitas kerupuk puli tetap terjaga, terutama di kalangan masyarakat Jawa Timur. Bahkan, cemilan renyah ini kerap dijadikan oleh-oleh khas saat berkunjung ke daerah seperti Madiun, Ponorogo, dan sekitarnya. Dengan perkembangan teknologi, kerupuk puli kini juga dapat ditemukan di berbagai toko online sehingga memudahkan masyarakat dari luar daerah untuk menikmatinya.
Kerupuk puli bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga bagian dari warisan kuliner yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Keunikan rasa dan proses pembuatannya yang tradisional menjadikan kerupuk puli sebagai salah satu ikon kuliner yang patut dilestarikan.
Sebagai makanan yang lahir dari kebijaksanaan lokal, kerupuk puli mengajarkan kita untuk selalu menghargai setiap butir nasi dan kreativitas dalam mengolahnya menjadi makanan yang lezat dan bernilai. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Krupuk Puli: Sejarah dan Keunikan Rasa dari Jawa Timur
Writer | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |