TIMES SINGAPORE, PACITAN – Di tengah derasnya arus digitalisasi global, SMAN 1 Pacitan memandang ekstrakurikuler Pramuka sebagai salah satu benteng penting untuk membentuk karakter siswa.
Kepala SMAN 1 Pacitan, Adi Supratikto, menilai keberadaan kegiatan ini menjadi strategis mengingat tantangan yang dihadapi generasi muda semakin kompleks.
“Ekskul Pramuka di SMAN 1 Pacitan memiliki peran strategis dalam membentuk karakter siswa. Apalagi di era saat ini yang menghadapi tantangan semakin kompleks,” kata Adi, Kamis (14/8/2025).
Menurutnya, kompleksitas tantangan itu kian meningkat seiring derasnya arus informasi akibat globalisasi dan perkembangan teknologi.
Posisi sekolah yang berada di pusat kota membuat akses informasi menjadi sangat lancar. Kondisi ini, jika tidak dibarengi pembinaan karakter yang kuat, bisa memicu risiko terpapar pengaruh negatif.
“SMAN 1 Pacitan lebih rentan terhadap berbagai ancaman sosial seperti judi online, bullying, ancaman narkoba, pornografi, dan lainnya,” jelas Adi.
Faktor kerentanan tersebut, lanjutnya, tidak hanya karena lokasi sekolah yang strategis di perkotaan, tetapi juga karena sebagian besar orang tua siswa berasal dari kalangan menengah ke atas. Rata-rata siswa memiliki gawai atau smartphone dengan harga mahal dan fitur yang lengkap, sehingga akses ke berbagai konten terbuka lebar.
Tri Satya dan Dasa Darma sebagai Benteng Karakter
Adi menegaskan, nilai-nilai positif yang terkandung dalam Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka menjadi filosofi setiap langkah para peserta Pramuka.
Prinsip ini diyakini mampu menjadi filter untuk menangkal berbagai pengaruh negatif yang mudah masuk melalui media sosial maupun lingkungan sekitar.
“Dengan nilai-nilai positif yang ada dalam Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka, siswa bisa menangkal pengaruh-pengaruh negatif tersebut,” tegasnya.
Dua Strategi Penanaman Nilai Pramuka
Untuk memperkuat penanaman nilai-nilai kepramukaan pada pribadi siswa, SMAN 1 Pacitan menerapkan dua pendekatan, yakni cara formal dan cara informal.
Cara formal dilakukan dengan memasukkan kegiatan Pramuka ke dalam Kurikulum Satuan Pendidikan Elektronik (E-KSP) sebagai ekstrakurikuler wajib bagi siswa kelas X. Dengan kebijakan ini, seluruh siswa baru secara otomatis terlibat dalam pembinaan kepramukaan sejak awal masuk sekolah.
Sedangkan cara informal dilakukan melalui pembiasaan sikap dan perilaku positif setiap hari. Pola yang digunakan adalah “paksa, bisa, biasa, budaya”.
Adi menjelaskan, tahap awal pembinaan sering kali membutuhkan sedikit paksaan yang sifatnya positif, terutama untuk melatih ketertiban dan kedisiplinan.
“Tahap pertama sangat mungkin dengan sedikit paksaan untuk tertib dan disiplin. Paksaan positif tersebut untuk membuat anak bisa melakukan sendiri,” katanya.
Setelah siswa mampu menjalankan aturan dan sikap disiplin secara mandiri, pembinaan masuk ke tahap berikutnya: biasa. Pada fase ini, perilaku positif mulai dilakukan tanpa beban.
“Anak akan terbiasa bersikap tertib dan disiplin. Selanjutnya, sikap positif yang sudah menjadi kebiasaan ini akan menjadi budaya,” lanjut Adi.
Budaya positif yang sudah tertanam akan menumbuhkan rasa bersalah jika siswa tidak bersikap sesuai nilai-nilai yang sudah diajarkan. “Kalau sudah demikian berarti sikap positif ini sudah menjadi karakter pada mereka,” ujarnya.
Benteng di Era Digital
Di era digital seperti sekarang, pendidikan karakter melalui Pramuka dinilai relevan untuk memperkuat daya tahan moral siswa.
Kecepatan arus informasi membuat tantangan yang dihadapi generasi muda bukan hanya soal akademik, tetapi juga etika, pergaulan, dan kemampuan memilah informasi.
Adi menambahkan, pembiasaan melalui kegiatan Pramuka tidak hanya membentuk sikap disiplin, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab, kepedulian sosial, dan semangat gotong royong. Nilai-nilai inilah yang diharapkan mampu melindungi siswa dari pengaruh negatif dunia maya.
“Ketika karakter sudah terbentuk, siswa akan lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Mereka bisa memanfaatkan internet untuk hal positif, bukan sebaliknya,” katanya.
Adi berharap, melalui penguatan pendidikan karakter lewat Pramuka, lulusan SMAN 1 Pacitan tidak hanya unggul dalam prestasi akademik, tetapi juga memiliki kepribadian tangguh dan berintegritas.
“Kami ingin siswa kami menjadi generasi yang kuat, berkarakter, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Pramuka adalah salah satu jalan untuk mewujudkannya,” tutup Adi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Optimalkan Ekskul Pramuka, Cara Ampuh SMAN 1 Pacitan Tangkal Judol hingga Narkoba
Writer | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |